Cara Deteksi Katarak Dengan Kamera Saku
Cara Deteksi Katarak Dengan Kamera Saku
Penyakit katarak dapat dideteksi dini dengan kamera saku. Hal ini sedang dikembangkan fakultas Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Dr Eng Retno Supriyanti, bersama dengan kolega di Jepang. Ia mengembangkan suatu program aplikasi untuk Android berbasis ponsel pintar.
Aplikasi ini adalah pengembangan aplikasi serupa yang dapat digunakan untuk komputer pribadi. "Saya lebih suka aplikasi Android karena dapat didownload secara gratis oleh semua rakyat Indonesia," kata Retno saat ditemui Tempo di kantornya pada Senin, 9 Januari, 2012.
Aplikasi yang dapat menggunakan kamera kompak. Namun, untuk kamera biasa atau kamera pintar tidak bisa. Dia mengatakan 89,7 persen tingkat akurasi dan masih harus dikembangkan untuk mencapai 100 persen.
Tempo diajarkan bagaimana melakukan deteksi dini dengan kamera saku. Dia difoto dari samping dengan sudut kemiringan 60 derajat dan jarak 30 cm. Retno pilih modus menggunakan macro dan lampu flash. "Harus menggunakan flash untuk membiarkan hasil akurat," kata Retno.
Temuan itu sudah mendapatkan dua hak paten pada tahun 2009. Dua paten dari nomor Paten Jepang 2008-035367 dan nomor Paten Internasional PCT/JP2009/52572. Pengusaha Jepang dan Cina telah menawarkan paten sekitar Rp 5 miliar. Seorang pengusaha Indonesia juga telah ditawarkan, namun harga yang kurang cocok.
Dalam risetnya, disertai Retno kesehatan mata konsultan yang merekomendasikan penggunaan flash tidak berbahaya bagi mata. Dia melakukan penelitian sementara seorang mahasiswa doktoral di Nara Institute Sains dan Teknologi, Jepang.
Penyakit katarak merupakan salah satu penyakit mata yang mempengaruhi banyak orang Indonesia. "Terutama di daerah pedesaan, penyakit ini cukup mengganggu," kata Retno. Ia memperkirakan bahwa pada 2020 pasien dengan katarak di Indonesia mencapai 40 juta orang.
Kepala Petugas Medis Dr Banyumas. Widayanto mengatakan akan berkonsultasi dengan Departemen Kesehatan. "Alat baru ini harus melewati serangkaian tes yang akan digunakan secara massal," katanya, yang juga mengatakan hal ini saat seorang dokter di klinik dapat melakukan deteksi dini katarak hanya dengan senter.
Aplikasi ini adalah pengembangan aplikasi serupa yang dapat digunakan untuk komputer pribadi. "Saya lebih suka aplikasi Android karena dapat didownload secara gratis oleh semua rakyat Indonesia," kata Retno saat ditemui Tempo di kantornya pada Senin, 9 Januari, 2012.
Aplikasi yang dapat menggunakan kamera kompak. Namun, untuk kamera biasa atau kamera pintar tidak bisa. Dia mengatakan 89,7 persen tingkat akurasi dan masih harus dikembangkan untuk mencapai 100 persen.
Tempo diajarkan bagaimana melakukan deteksi dini dengan kamera saku. Dia difoto dari samping dengan sudut kemiringan 60 derajat dan jarak 30 cm. Retno pilih modus menggunakan macro dan lampu flash. "Harus menggunakan flash untuk membiarkan hasil akurat," kata Retno.
Temuan itu sudah mendapatkan dua hak paten pada tahun 2009. Dua paten dari nomor Paten Jepang 2008-035367 dan nomor Paten Internasional PCT/JP2009/52572. Pengusaha Jepang dan Cina telah menawarkan paten sekitar Rp 5 miliar. Seorang pengusaha Indonesia juga telah ditawarkan, namun harga yang kurang cocok.
Dalam risetnya, disertai Retno kesehatan mata konsultan yang merekomendasikan penggunaan flash tidak berbahaya bagi mata. Dia melakukan penelitian sementara seorang mahasiswa doktoral di Nara Institute Sains dan Teknologi, Jepang.
Penyakit katarak merupakan salah satu penyakit mata yang mempengaruhi banyak orang Indonesia. "Terutama di daerah pedesaan, penyakit ini cukup mengganggu," kata Retno. Ia memperkirakan bahwa pada 2020 pasien dengan katarak di Indonesia mencapai 40 juta orang.
Kepala Petugas Medis Dr Banyumas. Widayanto mengatakan akan berkonsultasi dengan Departemen Kesehatan. "Alat baru ini harus melewati serangkaian tes yang akan digunakan secara massal," katanya, yang juga mengatakan hal ini saat seorang dokter di klinik dapat melakukan deteksi dini katarak hanya dengan senter.